Makalah Hutan Bakau (Mangrove)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan
juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi
antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi
yang ada.
Dalam
ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan
fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.
Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, khususnya
mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem
kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan”. Hal ini mengarah
pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan
sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan
panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber
daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber
daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya.
Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan
pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal
ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak
ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut meliputi
estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan
ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir
dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber
keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen ekosistem pesisir
dan laut adalah hutan mangrove.
Hutan
bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas
rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana
terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang
terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air
melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem
hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan
kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur
penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang
bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat
khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
1.2.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mnegenai
pengertian hutan mangrove, ciri-ciri, fungsi dan manfaat serta luasan hutan
mangrove di dunia khususnya di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Hutan Mangrove
Hutan
Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Hutan
mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland,
vloedbosschen, atau juga hutan bakau. Hutan mangrove dapat didefinisikan
sebagai tipe ekosistem hutan yang tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air,
tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai. Tumbuhan tersebut tergenang di
saat kondisi air pasang dan bebas dari genangan di saat kondisi air surut.
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi mayoritas pesisir pantai di daerah
tropis & sub tropis yang didominasi oleh tumbuhan mangrove pada daerah
pasang surut pantai berlumpur khususnya di tempat-tempat di mana terjadi
pelumpuran dan akumulasi bahan organik.
Tumbuhan
mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang
hidup di darat dan di laut dan tergolong dalam ekosistem peralihan atau dengan
kata lain berada di tempat perpaduan antara habitat pantai dan habitat darat
yang keduanya bersatu di tumbuhan tersebut. Hutan mangrove juga berperan dalam
menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Umumnya
mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap
keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Pada hutan mangrove:
tanah, air, flora dan fauna hidup saling memberi dan menerima serta menciptakan
suatu siklus ekosistem tersendiri. Hutan mangrove memberikan masukan unsur hara
terhadap ekosistem air, menyediakan tempat berlindung dan tempat asuhan bagi
anak-anak ikan, tempat kawin/pemijahan, dan lain-lain. Sumber makanan utama
bagi organisme air di daerah mangrove adalah dalam bentuk partikel bahan
organik (detritus) yang dihasilkan dari dekomposisi serasah mangrove (seperti
daun, ranting dan bunga).
Hutan
mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan
subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan
kemampuan adaptasi yang luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air,
dapat bertoleransi terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya
salinitas dan garam. Hal ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat
atau ekosistem yang tidak ada duanya.
Kita
sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau.
Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah
‘mangrove’ digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan
kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau
Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain
bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.
Hutan
mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang
selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai
faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang
air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram
(halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat
obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Flora mangrove terdiri
atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Jenis-jenis tumbuhan yang
ditemukan di hutan mangrove Indonesia adalah sekitar 89 jenis, yang terdiri
atas 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis
epifit dan 2 jenis parasit.
Dari
sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan
antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora sp), tancang
(Bruguiera sp), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp), merupakan tumbuhan
mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah
kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah
habitatnya. Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa
sederhana sampai burung, reptilia dan mamalia. Secara garis besar fauna
mangrove dapat dibedakan atas fauna darat (terrestrial), fauna air tawar dan
fauna laut. Fauna darat, misalnya kera ekor panjang (Macaca spp.), Biawak
(Varanus salvator), berbagai jenis burung, dan lain-lain. Sedangkan fauna
laut didominasi oleh Mollusca dan Crustaceae. Golongan Mollusca umunya
didominasi oleh Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh
Bracyura.
2.2. Ciri-ciri
Hutan Mangrove
Hutan
mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik di banding tanaman lain. Hutan
mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang
selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai
faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang
air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram
(halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat
obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar.
Hal ini
terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia
caseolaris yang tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan
hadirnya mangrove di sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh
lebih 200 km, di Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari hutan darat,
dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang
sangat luas. Disamping Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya
dapat tumbuh secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari
sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan
juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir
seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.
Ciri-ciri
ekosistem mangrove terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari
habitatnya yang unik, adalah :
memiliki
jenis pohon yang relatif sedikit;
memiliki
akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan
menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti
pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
memiliki
biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,
khususnya pada Rhizophora;
memiliki
banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan
tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri
khusus ekosistem mangrove, diantaranya adalah :
tanahnya
tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada
saat pasang pertama;
tempat
tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
daerahnya
terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
airnya
berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.
2.3. Fungsi
Dan Manfaat Hutan Mangrove
Peranan,
Manfaat dan Fungsi Hutan Magrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di
daerah pesisir sangat banyak sekali. Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk
sekitar maupun peranan, manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari hutan
mangrove itu sendiri.
Tumbuhan
yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari
ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai
sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem
perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin
oksigen atau bahkan anaerob. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan
subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang;
bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan
menancapkan akarnya.
Menurut
kamus Webster, habitat didefinisikan sebagai “the natural abode of a plant or
animal, esp. the particular location where it normally grows or lives, as the
seacoast, desert, etc”. terjemahan bebasnya kira-kira adalah, tempat bermukim
di alam bagi tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan tumbuh secara
biasa dan normal, seperti pantai laut, padang pasir dan sebagainya. Salah satu
tempat tinggal komunitas hewan dan tanaman adalah daerah pantai sebagai habitat
mangrove. Di habitat ini bermukim pula hewan dan tanaman lain. Tidak semua
habitat sama kondisinya, tergantung pada keaneka ragaman species dan daya
dukung lingkungan hidupnya.
Telah
banyak diketahui bahwa pulau, sebagai salah satu habitat komunitas mangrove,
bersifat dinamis, artinya dapat berkembang meluas ataupun berubah mengecil
bersamaan dengan berjalannya waktu. Bentuk dan luas pulau dapat berubah karena
aktivitas proses vulkanik atau karena pergeseran lapisan dasar laut. Tetapi
sedikit orang yang mengetahui bahwa mangrove berperan besar dalam dinamika
perubahan pulau, bahkan cukup mengagetkan bila ada yang menyatakan bahwa
mangrove itu dapat membentuk suatu pulau. Dikatakan bahwa mangrove berperan
penting dalam ‘membentuk pulau’.
Beberapa
berpendapat bahwa sebenarnya mangrove hanya berperan dalam menangkap,
menyimpan, mempertahankan dan mengumpulkan benda dan partikel endapan dengan
struktur akarnya yang lebat, sehingga lebih suka menyebutkan peran mangrove
sebagai “shoreline stabilizer” daripada sebagai “island initiator” atau sebagai
pembentuk pulau. Dalam proses ini yang terjadi adalah tanah di sekitar pohon
mangrove tersebut menjadi lebih stabil dengan adanya mangrove tersebut. Peran
mangrove sebagai barisan penjaga adalah melindungi zona perbatasan darat laut
di sepanjang garis pantai dan menunjang kehidupan organisme lainnya di daerah
yang dilindunginya tersebut. Hampir semua pulau di daerah tropis memiliki pohon
mangrove.
Bila
buah mangrove jatuh dari pohonnya kemudian terbawa air sampai menemukan tanah
di lokasi lain tempat menetap buah tersebut akan tumbuh menjadi pohon baru. Di
tempat ini, pohon mangrove akan tumbuh dan mengembangkan sistem perakarannya
yang rapat dan kompleks. Di tempat tersebut bahan organik dan partikel endapan
yang terbawa air akan terperangkap menyangkut pada akar mangrove. Proses ini
akan berlangsung dari waktu ke waktu dan terjadi proses penstabilan tanah dan
lumpur atau barisan pasir (sand bar). Melalui perjalanan waktu, semakin lama
akan semakin bertambah jumlah pohon mangrove yang datang dan tumbuh di lokasi
tanah ini, menguasai dan mempertahankan daerah habitat baru ini dari hempasan
ombak laut yang akan meyapu lumpur dan pasir. Bila proses ini berjalan terus,
hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu pulau kecil yang mungkin akan terus
berkembang dengan pertumbuhan berbagai jenis mangrove serta organisme lain
dalam suatu ekosistem mangrove.
Dalam
proses demikian inilah mangrove dikatakan sebagai bisa membentuk pulau. Sebagai
barisan pertahanan pantai, mangrove menjadi bagian terbesar perisai terhadap
hantaman gelombang laut di zona terluar daratan pulau. Hutan mangrove juga
melindungi bagian dalam pulau secara efektif dari pengaruh gelombang dan badai
yang terjadi. Mangrove merupakan pelindung dan sekaligus sumber nutrien bagi
organisme yang hidup di tengahnya.
Daun
mangrove yang jatuh akan terurai oleh bakteri tanah menghasilkan makanan bagi
plankton dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan algae laut. Plankton dan algae
yang berkembang akan menjadi makanan bagi berbagai jenis organisme darat dan
air di habitat yang bersangkutan. Demikianlah suatu ekosistem mangrove dapat
terbentuk dan berkembang dari pertumbuhan biji mangrove.
Pada
saat terjadi badai, mangrove memberikan perlindungan bagi pantai dan perahu
yang bertambat. Sistem perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap gelombang
dan angin serta mencegah erosi pantai. Pada saat cuaca tenang akar mangrove
mengumpulkan bahan yang terbawa air dan partikel endapan, memperlambat aliran
arus air. Apabila mangrove ditebang atau diambil dari habitatnya di pantai maka
akan dapat mengakibatkan hilangnya perlindungan terhadap erosi pantai oleh
gelombang laut, dan menebarkan partikel endapan sehingga air laut menjadi keruh
yang kemudian menyebabkan kematian pada ikan dan hewan sekitarnya karena
kekurangan oksigen. Proses ini menyebabkan pula melambatnya pertumbuhan padang
lamun (seagrass).
Ekosistem
hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung (non
economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic
vallues). Beberapa manfaat mangrove antara lain adalah:
Menumbuhkan
pulau dan menstabilkan pantai.
Salah
satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem
perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia
bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini
menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara
kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini maka
mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang
ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi
tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon
mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang
dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat berkembang
dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang
panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.
Menjernihkan
air.
Akar
pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk
pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa
membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan
mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa
zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon
api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke
laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat daerah ini sebagai lahan marginal
yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal
ini sangat merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon
mati.
Mengawali
rantai makanan.
Daun
mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan
oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan
makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa
hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di
habitat mangrove.
Melindungi
dan memberi nutrisi.
Akar
tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi
hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang
ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan
perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove
ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari
makan di habitat mangrove.
Manfaat
bagi manusia.
Masyarakat
daerah pantai umumnya mengetahui bahwa hutan mangrove sangat berguna dan dapat
dimanfaatkan dalam berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pohon mangrove
adalah pohon berkayu yang kuat dan berdaun lebat. Mulai dari bagian akar, kulit
kayu, batang pohon, daun dan bunganya semua dapat dimanfaatkan manusia.
Beberapa kegunaan pohon mangrove yang langsung dapat dirasakan dalam kehidupan
sehari-hari antara lain adalah:
Tempat
tambat kapal.
Daerah
teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya
perahu. Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan
dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove.
Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena
dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.
Obat-obatan.
Kulit
batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macam-macam
obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa
species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan
pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar
gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah sejenis
pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye mangrove) atau
Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena mata, akan
tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat berguna untuk
mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit akar mangrove muda
dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai sebagai pembersih
mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat sakit perut
dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan,
buah tancang dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai
menghentikan pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai
dalam penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
Pengawet.
Buah
pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan
merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya
juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan
lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik,
untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai
untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
Pakan
dan makanan.
Daunnya
banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur
atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga
mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon
dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi
bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan. .
Bahan
mangrove dan bangunan.
Batang
pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau dibuat
dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang
pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan
ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal
layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah tinggal. Batang kayunya
yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat tanah.
Batang jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang
telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga
untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat tali atau bahan jaring.
Beberapa
manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:
Manfaat
/ Fungsi Fisik :
1
Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2
Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3
Menahan badai/angin kencang dari laut
4
Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya
lahan baru.
5
Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air
daratan yang tawar
6
Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
B.
Manfaat / Fungsi Biologis :
Menghasilkan
bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga
penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
Tempat
memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
Tempat
berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
Sumber
plasma nutfah & sumber genetik.
Merupakan
habitat alami bagi berbagai jenis biota.
C.
Manfaat / Fungsi Ekonomis :
Penghasil
kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
Penghasil
bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan,
kosmetik, dll
Penghasil
bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
Tempat
wisata, penelitian & pendidikan.
2.4. Luas
Hutan Mangrove di Indonesia
Indonesia
itu negara yang kaya, kita harus bangga terhadap negara kita ini. kita
mempunyai hutan mangrove yang terluas didunia, sebaran terumbu karang yang
eksotik, rumput laut yang terhampar dihampir sepanjang pantai, sumber perikanan
yang tidak ternilai banyaknya. menurut Rusila Noor, dkk. (1999) Indonesia
merupakan negara yang mempunyai luas hutan mangrove terluas didunia dengan
keragaman hayati terbesar didunia dan struktur paling bervariasi didunia. Apa
coba yang kurang… masalah data entar deh kita lihat dibawah.
Hutan
mangrove atau yang biasa disebut hutan bakau, walaupun penyebutan hutan bakau
itu tidak pas sebenarnya karena bakau hanya merupakan salah satu dari jenis
mangrove itu sendiri yaitu jenis Rhizopora spp. Hutan mangrove merupakan tipe
hutan yang khas dan tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah
pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah yang landai di daerah
tropis dan sub tropis (FAO, 2007).
Menurut
Gunarto (2004) mangrove tumbuh subur di daerah muara sungai atau estuari yang
merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan
lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibar adanya erosi. Kesuburan daerah ini
juga ditentukan oleh adanya pasang surut yang mentransportasi nutrient.
Berdasarkan
data Direktorat Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial (2001) dalam
Gunarto (2004) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan
mencapai 8.60 juta hektar akan tetapi sekitar 5.30 juta hektar dalam keadaan
rusak. Sedangkan data FAO (2007) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun
2005 hanya mencapai 3,062,300 ha atau 19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan
yang terbesar di dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%).
Di Asia
sendiri luasan hutan mangrove indonesia berjumlah sekitar 49% dari luas total
hutan mangrove di Asia yang dikuti oleh Malaysia (10% ) dan Mnyanmar (9%). Akan
tetapi diperkirakan luas hutan manrove diindonesia telah berkurang sekitar
120.000 ha dari tahun 1980 sampai 2005 karena alasan perubahan penggunaan lahan
menjadi lahan pertanian (FAO, 2007).
Data
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) RI (2008) berdasarkan Direktoral
Jenderal Rehabilitasi lahan dan Perhutanan Sosial (Ditjen RLPS), Dephut (2000)
luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah 9.204.840.32 ha dengan luasan
yang berkondisi baik 2.548.209,42 ha, kondisi rusak sedang 4.510.456,61 ha dan
kondisi rusak 2.146.174,29 ha. Berdasarkan data tahun 2006 pada 15 provinsi
yang bersumber dari BPDAS, Ditjen RLPS, Dephut luas hutan mangrove mencapai
4.390.756,46 ha.
Data
hasil pemetaan Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL)-Bakosurtanal dengan
menganalisis data citra Landsat ETM (akumulasi data citra tahun 2006-2009, 190
scenes), mengestimasi luas mangrove di Indonesia adalah 3.244.018,46 ha
(Hartini et al., 2010). Kementerian kehutanan tahun 2007 juga
mengeluarkan data luas hutan mangrove Indonesia, adapun luas hutan mangrove
Indonesia berdasarkan kementerian kehutanan adalah 7.758.410,595 ha
(Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan, 2009 dalam
Hartini et al., 2010), tetapi hampir 70%nya rusak (belum tau kategori rusaknya
seperti apa). kedua instansi tersebut juga mengeluarkan data luas Mangrove per
propinsi di 33 Provinsi di Indonesia.
NASA
(2010) juga mengeluarkan informasi tentang luas mangrove dan sebarannya.
menurutnya luas mangrove di indoensia telah berkurang 35% antara tahun
1980-2000 dimana luas mangrove pada tahun 1980 itu mencapai 4,2 juta ha dan
pada tahun 2000 berkurang menjadi 2 juta ha. Mereka juga (NASA) mengupload
beberapa foto konversi lahan dari hutan mangrove manjadi sawah.
Apapun
bentuk datanya, yang jelas hutan mangrove kita telah banyak yang berkurang.
Konversi lahan yang dilakukan oleh manusia terhadap areal hutan mangrove
sebagai tambak, areal pertanian dan pemukiman menyebabkan luas lahan hutan
mangrove terus berkurang. Selain itu pemanfaatan hutan mangrove yang tidak
bertanggung jawab sebagai bahan bangunan, kayu bakar dan juga arang memberi
kontribusi yang tidak sedikit terhadap kerusakan hutan mangrove. Seperti pada
gambar di bawah terlihat perubahan penggunaan lahan hutan mangrove menjadi
tambak dari tahun 1992 sampai 1998 didaerah delta mahakam. Menurut Rusila
Noor, dkk. (1999) kematian mangrove secara alami tidak memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap hilangnya areal mangrove di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hutan
Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Hutan
mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland,
vloedbosschen, atau juga hutan bakau. Hutan mangrove dapat didefinisikan
sebagai tipe ekosistem hutan yang tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air,
tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai.
Hutan
mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan
subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan
adaptasi yang luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat
bertoleransi terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas
dan garam. Hal ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau
ekosistem yang tidak ada duanya.
Hutan
mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik di banding tanaman lain. Hutan
mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang
selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai
faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang
air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram
(halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat
obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar.
DAFTAR
PUSTAKA
Indriyanto.
2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta
Eddy,
Syaiful. 2008. Pengelolaan Potensi Hutan Mangrove Secara Berkelanjutan.
Palembang. Jurusan Biologi FMIPA Universitas PGRI Palembang.
Rusila
Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
Hutan
Mangrove. (a.n). [online]. http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm.
(Rabu, 9 November 2011)
Hutan
Bakau Hutan Mangrove; Definisi dan Fungsi. (alamendah). [online].http://alamendah.files.wordpress.com (Rabu,
9 November 2011)
Peranan,
Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove. (a.n). [online]. http://ekologi-hutan.blogspot.com (Rabu,
9 November 2011)
Hutan
Mangrove Indonesia, Sumber Daya Alam Yang Terlupakan. (a.n). [online].http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2010/05/hutan-mangrove-indonesia-sumber-daya.html (Rabu,
9 November 2011)
Hutan
Mangrove dan Luasannya di Indonesia. (a.n). [online].http://mbojo.files.wordpress.com (Rabu,
9 November 2011)
dilansir dari : worldofnaveezha.wordpress.com
comment & follow
Artikel lainya
Blog lainya
About lopalopo
Hi, My Name is Hafeez. I am a webdesigner, blogspot developer and UI designer. I am a certified Themeforest top contributor and popular at JavaScript engineers. We have a team of professinal programmers, developers work together and make unique blogger templates.
0 comments:
Post a Comment